BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Hancurnya Bagdad pada
tahun 1258 M akibat invasi Mongol tidak saja mengakhiri Khilafah Abbasiyah
tetapi juga mewarnai corak perkembangan politik dunia Islam secara keseluruhan
yang semula bersatu di bawah naungannya. Kerajaan kerajaan kecil yang semula
berada di bawah khalifah mulai terpecah-pecah menjadi pendukung dari setiap
kantong pranata politik. Walaupun terpecah pecah akan tetapi dampak positif
dari kondisi seperti itu masing masing daulah yang kecil itu mampu menampilkan
berbagai potensi peradaban yang mereka miliki, sejalan dengan kelebihan dan
kekurangannya dalam mengaktualkan Islam.
Pada abad ke-16 periode
pertengahan situasi politik umat Islam berkembang kembali dengan munculnya 3
kerajaan besar yaitu Turki Usmani, Syafawi di Persia dan Mughal di India. Ketiganya
mampu menyatukan kembali kantong politik yang bercerai berai di seluruh kawasan
dunia Islam. Dalam makalah ini akan
dibahas Islam di Asia Selatan India
terutama pada masa Kerajaan Mughal. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sejarah berdirinya Kerajaan Mughal, kemajuan yang dicapai Kerajaan
Mughal beserta faktor faktor yang mendorong kemajuan tersebut dan kemunduran
Kerajaan Mughal beserta penyebab penyebabnya. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengambil pelajaran
atauibrah dari Kerajaan Mughal ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal.
Kerajaan Mughal di India didirikan pada tahun 1526 M
oleh Zahirudin Babur. Kerajaan Mughal
disebut juga sebagai kerajaan timur yang Agung (Ad Daulah Al Timuriyahal
Addhimah).[1] Kerajaan ini berdiri seperempat
Abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi, jadi diantara ketiga kerajaan besar Islam
tersebut, kerajaan inilah yang termuda.[2]
Sultan
Babur adalah nama kecil dari Zahirudin, yang
artinya singa, ia lahir pada hari Jum’at 24 Februari 1483 M. Ia adalah
seorang keturunan bangsa Turki (pihak ayah) dan bangsa Padang Pasir Lodhi/
Jengis Khan (pihak ibu). Ia adalah satu
cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol,
keturunan Jengis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia
Tengah pada abad ke-15. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur
mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Namun demikian ia sangat pemberani
sehingga kelihatan lebih matang dari usianya. Dia mendapat latihan sejak dini,
sehingga memungkinkannya untuk menjadi seorang pejuang dan penguasa besar.
Setelah naik tahta ia mencanangkan obsesinya untuk
menguasai seluruh Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun,
ambisinya itu mengalami kegagalan karena terhalang oleh kekuatan Urbekiztan,
Namun berkat bantuan Ismail I (1500-1524 M) raja Safawi, Babur dapat menguasai
Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504
M, ia menduduki Kabul, ibukota Afganistan. Sebagai seorang keturunan Mongol,
Babur memiliki sifat bawaan pemberani dan ahli dalam perang. Ia berpandangan
bahwa India
akan berhasil dibangun menjadi imperium yang kuat mengingat kekayaan yang
dimilikinya.
Pada saat Babur berkuasa di Kabul, ia meneruskan
expansinya ke India, saat itu Ibrahim Lodhi penguasa India sedang dalam masa kekacauan, pemerintahannya
dilanda krisis sehingga menyebabkan stabilitas pemerintahannya menjadi kacau, Ibrahim Lodhi (cucu Sultan Lodhi), Sultan Delhi terakhir,
memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya. Ketika itu kewibawaan
kesultanan sedang merosot, karena ketidak mampuannya memimpin atas dasar itulah
Alam
Khan paman dari Ibrahim Lodhi berusaha
menggulingkannya bersama sama Daulat Khan, gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan
pemerintahan Ibrahim di Delhi
permohonan itu langsung diterimanya.[3]
Kesempatan ini digunakan sebagai pintu bagi Babur untuk merealisasikan
impiannya memperluas imperium sampai di India. Sultan Babur segera menyiapkan
pertempuran untuk menjatuhkan raja Lodhi.
Pada bulan November tahun 1525 M Babur berangkat dari Kabul menuju Punjab
iapun berhasil menguasai Punjab, ibu kota Lahore dengan mudah. Setelah itu Pada tanggal 21 April tahun 1526 M/15 rajab 932 H Babur dengan 12. 000 tentaranya menuju Delhi
untuk menyerang Ibrahim yang mengerahkan pasukannya sebanyak 100.000 prajurit,
terjadi pertempuran besar di kota
Panipat. Sultan Ibrahim Lodhi beserta ribuan tentaranya dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur,
dan berakhirlah kerajaan Delhi.
Dengan berakhirnya Kerajaan Delhi maka
Sultan Babur kemudian mendirikan Kerajaan Mughal dan pemerintahannya
terkenal dengan nama Kesultanan Mughal dengan ibu kotanya di kota Delhi.
Raja Raja Yang Berkuasa Di Kerajaan Mughal.
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal
dipimpin oleh beberapa orang raja. Adapun Raja-raja yang sempat memerintah Kerajaan
Mughal antara lain:
1. Zahiruddin Babur (1526-1530).
Setelah
mendirikan Kerajaan Mughal, Babur berusaha memperkuat kedudukannya. Di pihak
lain raja-raja Hindu di seluruh India
menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur di Afganistan, golongan yang setia pada
keluarga Ibrahim Lodhi mengangkat saudara kandung Ibrahim, Mahmud Lodhi menjadi
Sultan. Sultan Mahmud Lodhi bergabung dengan raja-raja Hindu tersebut. Ini
berarti Babur harus berhadapan dengan
pasukan koalisi, namun Babur tetap dapat mengalahkan pasukan koalisi itu dalam
pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Akan
tetapi ia tidak lama menikmati hasil perjuangannya. Ia meninggal dunia pada
tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48 tahun setelah memerintah selama 30
tahun. Dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang.
2.
Humayun (1530-1556).
Sepeninggal Babur,
ia digantikan oleh
putra sulungnya yang bernama Humayun.[4]
Humayun dilahirkan di Kabul
pada tahun 1506 M/913 H. Ia mendapat pendidikan dari ayahnya tentang politik
dan perang. Ketika ayahnya sakit ia
diangkat menjadi putra mahkota dan sesudah wafat ayahnya ia menggantikan ayahnya sebagai raja. Ketika itu, Humayun
berusia sekitar 23 tahun.
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad yaitu dari tahun 1530-1556 M. Selama Sembilan tahun
pemerintahannya masa kekuasannya tidak pernah aman ia senantiasa berperang
melawan musuh. Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi
kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan
musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Diantara tantangan yang
muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat
yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi.
akan tetapi ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, Bahadur Syah
melarikan diri dan Gujarat
dapat dikuasai. Pada tahun 1450 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj.
Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan, dalam peperangan yang
dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Kandahar lalu ke Persia.
Di persia ia
kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa
Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima
belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun
kemudian menyerang musuh musuhnya dengan bantuan raja Persia Tahmasp. Humayun berhasil
mengalahkan Sher Jahan Syah dan berusaha
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi
pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni
pada tahun 1556 Humayun meninggal karena terjatuh dari tangga perpustakannya.[5]
Ia digantikan oleh putranya Akbar.
3. Akbar (1556-1605).
Akbar
memiliki nama lengkap Jalaluddin Muhammad Akbar Bin Humayun Bin Babur. Akbar dilantik
menjadi raja saat berusia 14 tahun karena ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam
Khan, seorang Syiah. Akbar adalah raja
Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Di awal
masa pemerintahannya situasi kondisi kerajaan sangat genting. Hal ini dapat
dipahami karena satu persatu wilayah wilayah yang ditaklukkan oleh Humayun mulai
melepaskan diri diantara wilayah-wilayah yang melepaskan
diri adalah Sultan-Sultan dari Dinasti Sur dan Dinasti Himu, begitu juga Adil Syah yang menduduki Chumar
dan Sikandar Shah yang menduduki wilayah Doab. Selanjutnya pada awal masa
pemerintahannya juga Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah
yang masih berkuasa di Punjab.
Pemberontakan
yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh
Himu yang menguasai Gwalior
dan Agra.
Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota
Delhi. Bairam
Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan
dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan
ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.[6]
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan
Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan
kepentingan aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan
oleh Akbar di Jullandur. Tahun 1561 M Setelah persoalan-persoalan dalam negeri
dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai
Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal,
Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah
yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik. Dalam
pemerintahan militeristik tersebut sultan adalah penguasa diktator. Pemerintah
daerah dipegang oleh seorang sipah salar
(kepala komandan) sedang subbdistrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran. Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan
politik sulakhul (toleransi
universal) dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
4. Jahangir (1605-1627).
Sultan Akbar
meninggal pada tahun 1605 M. kemudian putranya yang bernama Salim naik untuk menggantikannya sebagai sultan
dengan gelar Nur Ad Din Muhammad Jahangir
Pasha Ghazi. Jahangir dijuluki sebagai raja pelukis karena karya-karyanya
yang bagus dan luar biasa. Jahangir dinikahkan dengan puteri Persia, Mehrun Nisa’, setelah menjadi permaisuri
diberi gelar Nurjahan. Karena kecintaannya kepada permaisurinya, ia terlena.
Sang istri mulai ikut campur dalam urusan kenegaraan, akibatnya kewibawaan dari
Sultan Salim mulai luntur.
Kepemimpinan
Jihangir (1605-1627) didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan
musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat
hidup dengan aman dan damai. Masa pemerintahan Jahangir sangat berbeda dengan masa pemerintahan Akbar. Salah
satu salah satu karakteristik dari Jahangir selama memerintah adalah hanya mementingkan kehidupan yang hedonistik
dan konsumtif. Pada masa pemerintahannya, budaya hidup hemat untuk pengeluaran
belanja negara tidak ada. Di istana dan dalam perjalanan perjalanan perangnya,
ia selalu memperlihatkan kekayaan dan kemewahannya.
Ketika ia
menjabat sebagai raja diawal pemerintahannya ia harus menghadapi pemberontakan
anaknya sendiri yaitu Khusru akibat ketidakpuasannya terhadap kebiasaan dan
sikap bapaknya yang banyak dipengaruhi ibu tirinya Nurjahan.[7]
Selanjutnya permasalahan kedua yang
harus dihadapi adalah pecahnya perang antara Jahangir dengan penguasa Iran dalam
usaha memperebutkan kota
Kandahar. Dalam
hal ini Jahangir memerintahkan Shah Jahan untuk memimpin tentara Kerajaan
Mughal, namun karena ia merasa tidak mampu maka ia memberontak terhadap
bapaknya. Jahangir marah dan menjatuhi hukuman yang mendorong Shah Jahan melarikan
diri dan meminta suaka kepada Mohabat Khan, bekas pembesar Jahangir . Mohabat
Khan berhasil menangkap Jahangir dalam perjalanan untuk menyerang Iran. Karena
tidak tahan menerima penghinaan dan penderitaan yang dilakukan Mohabat Khan,
Jahangir meninggal dunia pada tahun 1627.[8]
Pada masa
pemerintahannya, Jahangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M)
Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan
mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar. Selain itu ia
juga berhasil menerapkan bahasa Urdu sebagai salah satu bahasa resmi negara
sebagai akomodasi dari berbagai bahasa yang ada termasuk Sansekerta dan Prakrit
(bahasa sehari-hari bagi masyarakat umum). Selain itu juga bahasa Turki
(kalangan Istana), bahasa Persi (pejabat kantor), dan Bahasa Arab (kalangan
agamawan).
5. Shah
Jahan (1627-1658).
Ketika
Jahangir meninggal, ia meninggalkan dua orang putera yaitu Shah Jahan dan Shahriar.
Keduanya saling bersaing memperebutkan kekuasaan di Agra. Shah Jahan sebagai anak tertua
sebenarnya tidak banyak menghadapi kesulitan untuk naik tahta. Shah Jahan telah menikah dengan Mumtaz Mahal, dan dari
perkawinannya tersebut dikaruniai enam anak, 2 laki-laki dan 4 perempuan. Ketika ayahnya wafat, Syah Jahan berada
di Dakka sedangkan Syahriar menyatakan diri sebagai raja di Lahore. Dengan alasan itu pada tahun 1628 M
Syah Jahan memerangi dan menangkap Syahriar, kemudian ia naik tahta dengan
gelar Abdul Muzaf Far Shahabudin Muhammad
Shah Jahn Ghazi.
Pada masa
pemerintahan Syah Jahan bibit-bibit
disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya, banyak muncul pemberontakan dan
perselisihan dalam internal keluarga istana. Hal ini sekaligus menjadi ujian
terhadap politik toleransi Mughal. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak
dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Selanjutnya ia harus
menghadapi Khan Jahan Lodhi, Sultan Afganistan dan Raja Rajfut. Sementara itu
di India tengah terdapat beberapa
kerajaan Hindu yang juga mengadakan persekutuan sehingga menjadi sebuah
kerajaan besar dengan nama Vijayanagar, Syah
Jahanpun harus menghadapi beberapa kerajaan Islam yang tidak senang
dengan Kerajaan Mughal yaitu Ahmadnagar, Bijapur, Serar, Bihar Dan Golkonda. Iapun
segera mengerahkan tentaranya untuk memerangi kekuatan yang mengancam itu. Peperangan itupun
berlangsung selama 6 tahun (1630-1636 M). Dalam peperangan tersebut ia hanya
berhasil menaklukkan kerajaan Ahmadnagar dan Bijapur. Selain dapat mengatasi
banyak pemberontakan di wilayahnya Shah Jahan juga berhasil memperluas kekuasaanya ke Hyderabat,
Maratha, dan Kerajaan Hindu lain yang belum tunduk kepada pemerintahan Mughal.
Pada masa
ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping
mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak
untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir
para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan
meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Dalam masa masa akhir
pemerintahannya terjadi perang saudara
diantara putra putra Shah Jahan yaitu Dara Shikoh, Shuja, Murad Baksh dan Aurangzeb.
Melihat semua tuntutan sesama saudaranya Aurangzeb mengadakan pemberontakan
secara terang terangan. Benteng Agra yang menjadi tempat bersemayamnya raja
raja Mughal diserangnya. Shah Jahan berhasil ditangkap dan kemudian ditahan
dalam benteng itu juga, sedangkan Murad Baksh yang memihak kepada Syah Jahan dibunuhnya.
Dengan demikian Aurangzeb berhasil merebut kekuasaan dari ayahnya. Usaha
selanjutnya yaitu membunuh saudaranya yang masih hidup terutama Dara Shikoh. Ia dan keluarganya
terus dikejar dan diburu kemana saja masuk hutan keluar hutan. Akhirnya ia
berhasil dibunuh. Adapun Shah yang
ditahan dalam benteng Agra
meninggal dalam usia 74 tahun.
Pada masa
pemerintahannya, Shah Jahan meninggalkan hasil kebudayaan berarsitek tinggi,
yaitu Taj Mahal, yang ia pernah persembahkan bagi permaisurinya yang telah
meninggal. Di sana pula ia akhirnya dimakamkan oleh puteranya, Aurangzeb
setelah ia meninggal.
6. Aurangzeb (1658-1707).
Setelah
saudara saudaranya yang menentang haknya untuk mewarisi tahta kerajaan meninggal.
Akhirnya Aurangzeb (1658-1707)
dinobatkan sebagai raja Kerajaan Mughal yang ke-6. Ia diberi gelar Aurangzeb Alamghir
yang berarti “yang menaklukkan dunia”. Dalam pemerintahannya Aurangzeb (1658-1707)
menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India
nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal
sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini
merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan
sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam
yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar. Selain itu Aurangzeb
meneruskan politik raja raja Mughal sebelumnya yaitu menaklukkan seluruh daerah
Dakka. Hampir seluruh masa pemerintahannya digunakan untuk melakukan
penaklukkan daerah-daerah di India tengah. Lawan yang sangat tangguh yang harus
dihadapinya adalah bangsa Maratha. Dalam pertempuran selanjutnya Aurangzeb banyak
mendapatkan kemenangan. Tahun 1685 M Bijapur berhasil dikalahkan. Tahun 1687 M Golkonda
berhasil dikalahkan, semua harta kerajaan dirampas dan dikirim ke Agra. Pada tahun 1689 M Raja
Sumbhaji dapat ditawan, selanjutnya pada tahun 1691 M Tanjore dan Trichinopoli
di India Sselatan tunduk pada kekuasaan Mughal. Sejak itu Aurangzeb selalu
memperoleh kemenangan. Sehingga daerah kekuasaan Mughal menjadi sangat luas
hanya bangsa Maratha inilah yang tidak bisa ditaklukkan Aurangzeb.
Pada
masanya kebesaran Mughal mulai menggema kembali, dan kebesaran namanyapun
disejajarkan dengan pendahulunya dulu, yaitu Akbar. Adapun usaha-usaha Aurangzeb
dalam memajukan Kerajaan Mughal diantaranya menghapuskan pajak, menurunkan
bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang
berlaku di India yang dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya
meninggal pada tahun 1707 M.
Aurangzeb dinilai
berhasil dalam menjalankan pemerintahan, ia memberikan corak keIslaman di
tengah-tengah masyarakat Hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk Islam,
ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam di bawah jalan-jalan menuju mesjid agar
orang Islam setiap harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakan Aurangzeb
itu banyak menuai kritik dari kalangan Hindu, di antaranya adalah kerajaan
Rajput yang semula mendukung Kerajaan Mughal kemudian menentangnya. Tindakan
yang sewenang-wenang itu pula yang pada akhirnya membawa Kerajaan Mughal
mengalami masa kemunduran.[9]
Selanjutnya setelah Aurangzeb meninggal
Kerajaan Mughal diperintah oleh Bahadur Syah.
7. Bahadur
Syah (1707-1712)
Bahadur
syah memiliki nama Muazzam sebelumnya ia menjadi penguasa di Kabul ia menganut
aliran Syi’ah pada masa pemerintahannya ia dihdapkan pada perlawanan Sikh
sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan
penduduk Lahore karena sikapnya yang terlalu memaksakan ajaran Syi’ah kepada
mereka.[10]
Setelah Bahadur meninggal dalam jangka
waktu yang cukup lama terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
8. Azimus Syah.
Bahadur Syah
meninggal ia diganti Azimus Syah akan
tetapi pemerintahannya ditentang
Zulfikar Khan putra Azad Khan wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal
tahun 1712 M lalu ia diganti oleh putranya Jehandar syah (1712-1713) yang
mendapat tantangan dari Fahrukhsiyar (1713-1719) Jihandar dapat disingkarkan oleh
Farukh Siyar tahun 1713 M. sebagai gantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748)
yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan safawi di Persia.
Keinginan Nadhir
untuk menundukkan kerajaan Mughal karena kerajaan ini banyak sekali memberikan
bantuan kepada pemberontak Afgan di daerah Persia. Oleh karena itu ia menyerang
kerajaan Mughal, Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan tunduk kepada Nadir
Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia membayar hadiah yang banyak kepada Nadhir
Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah
jabatan wazir di pegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizamulk Mulk karena
mendapat dukungan dari Maratha. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam Ul Mulk meninggalkan
Delhi menuju Hydrabad dan menetap di sana. Setelah Muhammad Syah meninggal
tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah kemudian diteruskan Alamghir II dan
kemudian dilanjutkan Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M kerajaan Mughal
diserang Ahmad Khan Durrani dari Afgan. [11]
B.
Kemajuan Kerajaan Mughal.
Kemajuan yang dicapai pada masa Kerajaan Mughal merupakan sumbangan yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:
Kemajuan yang dicapai pada masa Kerajaan Mughal merupakan sumbangan yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:
1. Bidang administrasi pemerintahan.
Dalam kaitannya dengan bidang
administrasi ini serta dalam rangka mengatur wilayah yang luas, Kerajaan Mughal
membagi wilayahnya menjadi 20 provinsi. Masing-masing provinsi di kepalai oleh
seorang gubernur yang bertanggung jawab kepada Sultan, pemerintahan Mughal juga
memiliki tata cara administrasi, gelar resmi serta mata uang yang seragam. Adapun
bahasa resmi dan ditingkat birokrasi pemerintahan dan dalam dokumen-dokumen
resmi kenegaraan memakai bahasa Persia.
Selain itu ada juga jabatan Wazir untuk mengurus administrasi pemerintahan.
Dalam banyak wilayah posisi Nazir ini sangat penting sebagai pelaksana tehnik
operasional di tingkat atas realisasi program program pemerintahan. Selanjutnya
untuk melaksanakan kebijakan pemerintahan para penguasa dibantu oleh beberapa
dewan, seperti diwan a khalisa yang bertugas mengurus wilayah,
diwan I tan yang bertugas mengangkat
dan menempatkan para aparat pemerintah daerah the mir bahhsi yang bertugas mengurus militer dan merekrut calon
pejabat. Di samping itu ada sadr al sudur
yang bertugas mengurus masalah keagamaan. Untuk pelayanan masyarakat dikelola
oleh suatu badan yang bernama mansabdari.
Ketika pemerintahan Akbar banyak ditetapkan kebijakan
seperti menata sistem pemerintahannya dengan sistem militer termasuk ke seluruh
daerah taklukannya. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan),
subdistrik dipegang oleh Faudjar
(komandan). Selain itu terbentuk landasan institusional dan landasan georafis
bagi kekuatan imperiumnya, pemerintahan Mughal pada umumnya dijalankan oleh
pembesar kalangan elit militer dan politik seperti dari Iran, Turki,
Afghan, dan Muslim asli India.[12]
Para pejabat elit di organisasi sesuai dengan mansadar yang merupakan sebuah sistem
dimana masing-masing pejabat memilki dua kedudukan yaitu posisi hierarki dan
sawar yang menyatakan jumlah tentara yang harus dikerahkan ke medan perang.[13]
2. Bidang Politik dan Militer.
Pada
masa pemerintahan Akbar, ia berhasil mencapai keemasan hal ini berkat politik
yang diterapkannya yaitu politik Sulakhul
atau toleransi universal. Sehingga masa pemerintahannya cukup berhasil dan
wilayah kekuasaannya pun semakin meluas seperti Chundar, Ghond, Chitor,
Kashmir, Bengal, Bihar, Gujarat,Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar,
dan Asirgah. Usaha ini berlangsung hingga masa Aurangzeb. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah
Hindu sedangkan Mughal adalah sistem Islam. Di sisi lain terdapat juga rasa
atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan
produk dari system ini adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari.
Di
bidang militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka
terdiri dari paukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi dalam system
distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub
distrik dikepalai oleh Faujdar. dengan system inilah pasukan Mughal
berhasil menaklukkan daerah-daerah disekitarnya
3. Bidang ekonomi.
Pemerintah
Mughal juga memajukan bidang ekonomi dimana saat itu Kerajaan Mughal berhasil
mengembangkan program pertanian, pertambangan dan pedagangan, sehingga sumber
keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertaniann. Karena
pertimbangan signifikansi sektor ini pulalah, salah seorang penguasa Mughal
Jahangir kemudian mengijinkn Inggris dan Belanda untuk mendirikan industri
pengolahan pertanian di Surath. Dari hasil pertanian ini pulalah yang kemudian
menjadi komoditi ekspor Mughal ke berbagai kawasan seperti Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara.[14]
Adapun kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama
untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah
membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil
disebut deh, dan beberapa deh tergabung dalam bargana
(kawedanan) setiap komunitas petani dipimpin oleh mukaddam. Melalui mukaddam
inilah pemerintah berhubungan dengan petani.
Dalam
ensiklopedi Islam disebutkan bahwa komoditas andalan kerajaan ini adalah kain,
rempah rempah, gula, garam, wol dan parfum. Karena itu bisa dikatakan bahwa
perekonomian kerajaan Mughal dalam kondisi bagus.[15]
Di samping pertanian, pemerintah juga memajukan industri tenun. Hasil industri
ini banyak di ekspor keluar negeri seperti Eropa, Arabia,
Asia Tenggara dan lain-lain.
4. Bidang keagamaan
a. Secara umum para penguasa Kerajaan Mughal beraliran
sunni. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan
pengaruhnya. Bahkan sebagian mereka
terkenal ortodoksinya diantara mereka adalah Jahangir, Syah Jahan dan Aurangzeb.
Pada masa Jahangir bidang keagamaan
muncul seorang Mujaddid terkemuka Syekh Ahmad Sirhindi ia mempraktekkan Tarekat
Naqsabandiyah.
b. Pada
masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase
yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru
dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat
kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama
baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam.
Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.
Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan
dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan.
c. Perbedaan
kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada
daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan
digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan
budaya Islam India yang dikembangkan oleh Kerajaan Mughal.
d. Pada
masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan
terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh,
ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'ah.
e.
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya
kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa
alamgiri.
5. Bidang ilmu
pengetahuan
Selain bidang ekonomi Kerajaan
Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak
berdiri, banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu
pengetahuan. Bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal
ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama. Studi-studi di bidang yang dianggap keilmuan non agama
seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika
digalakkan. Semangat itu juga ditunjang dengan
dibangunnya berbagai sarana pendidikan, pada zaman Syah Jahan dan Aurangzeb
mereka memberikan sejumlah besar dana dan tanah untuk membangun pusat
pendidikan seperti sekolah-sekolah tinggi di samping juga pusat pengajaran Lueknow. Madrasah yang muncul pada periode selanjutnya yaitu
madrasah Deoband, ini membuktikan bahwa dunia intelektual pemerintahan Mughal
di India cukup eksis. Di tiap-tiap masjid memiliki lembaga
tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru.
Di bidang
historiografi sudah mengalami perkembangan yang bagus. Setidaknya ada dua
otobiografi yang terkenal yang
dihasilkan pada masa ini yaitu babur’s
memoirs dan Jahangir‘s memoirs. Sejarawan
yang cukup termashur pada masa Mughal yaitu Absul Fazl dengan karyanya Akbar nama dan Ain-i Akbari yang memaparkan sejarah dan kepemimpinannya. Namun
historiografi medieval India
umumnya berkisar pada masalah politik dari pada agama. Dan
pada masa Syah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika
pemerintah dipegang oleh Aurangzeb.
Selain itu
dibangun juga perpustakaan, seperti di Agra
yang pada tahun 1641M telah memiliki 24.000 buku. Akibat dari banyaknya sekolah
yang dibangun, maka banyak lahir para ahli intelektual, atau
pengarang-pengarang seperti dalam bidang politik, filsafat, hadis, qur’an,
tasawuf, at-thib ( ilmu kedokteran ),
ilmu pasti, ilmu peperangan, ilmu teknik. Dokter-dokter pengarang besar abad 17
pada masa Mughal India
adalah Dara Shukuh yang mengarang kedokteran Dara Shukuh, yang merupakan
ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Ia juga dikenal sebagai seorang
sufi. Ilmu medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12 H/ 18 M,
seperti skala kedokteran yang dibuat oleh Muhammad Akbar Syah Arzani dari Shiraz. Dengan
kehadirannya ilmu medis India/
Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis (memakai
pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa. Di
samping banyak madrasah dan ulama lahir pula Mausu’at dan Majmu’at (Buku
kumpulan berbagai ilmu dan masalah, seperti ensiklopedi).
Bidang sastra juga menonjol. Banyak karya sastra
yang digubah dari bahasa Persia
ke bahasa India.
Pada masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan antara bahasa Persia dan
Hindi asli. Bahasa Urdu pernah dijadikan bahasa ilmu pengetahuan diantaranya
karangan Ikhwanus Shofa di salin ke
dalam bahasa Urdu oleh Ikrom Ali. Bahasa Urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakistan
sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayashi, dengan
karya monumentalnya Padmavat, sebuah
karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia.
6. Bidang karya seni dan budaya serta arsitektur.
Dimasa
kerajaan ini muncul hasil-hasil karya yang indah. Para
penguasanya menyukai keindahan. Hal ini bisa dilihat pada sikap mereka dalam
dunia arsitektur. Dalam karya seni terbesar yang dicapai pada masa Dinasti Mughal khususnya, Pada masa Akbar dibangunnya istana Fatfur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid yang indah, makam
Jahangir dan taman Shalimar di Lahore.
Pada masa Syekh Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra
yang merupakan puncak karya arsitektur kerajaan Mughal pada masanya, masjid
Raya Delhi, dan istana indah di Lahore.[16]
Selain itu di kota Delhi Lama (Old
Delhi) lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2
(1530-1555). Di kota
Hyderabad,
terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala
(1405).
Terdapat
juga seni lukis, gubahan syair dan munculnya sejarawan pada masa Aurangzeb. Hasil
karya seni saat itu sejumlah para
penyair seperti Urfi, Naziri, dan Zunuri, menduduki posisi tinggi dalam sejarah
puisi Persia.
Hasil arsitektur Mughal sangat terkenal
dan dapat dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal
adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni.
Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng merah, istana-istana,
makam kerajaan dan yang paling tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Syekh
Jehan khusus untuk istrinya Nurjahan yang cantik jelita. Bangunan lain yang
bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer dan sebuah istana
di Lahore. Adapun
taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya
campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Kebijakan-kebijakan
dalam pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsur Islam
dengan Hindu. Bentuk ini misalnya dapat dilihat secara jelas pada arsitektur
dan lukisan pada beberapa benteng dan istana di Ajmer, Agra,
Allahabad, Lahore, dan Fathepur
Sikri. Sejumlah bangunan dinding yang berkelok-kelok untuk menyangga bagian
atap, bentuk-bentuk zoomorphic, motif
lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana lainnya, seluruhnya telah digunakan
dalam konstruksi bangunan masjid dan istana zaman sebelumnya. Kubah yang lahir
dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk masjid maupun kuil.
Beberapa macam kemajuan yang dicapai kerajaan mughal
di atas ternyata tidak lepas dari
beberapa faktor yang membuat kerajaan ini mencapai masa kejayan. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kerajaan
Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai
dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu,
Ataupun India-non India
(Persia-Turki).
b. Hingga
Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola
kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c. Prajurit
Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang
tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di
Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d. Sultan
yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para
"Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan
atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".
C.
Kemunduran Dan Runtuhnya Kerajaan Mughal.
Sebagai dinasti yang paling besar di India ,
pemerintahan Mughal memang paling sering disebut sebagai salah satu dari
dinasti besar terakhir dalam Islam yang berada di wilayah India. Tapi
kesuksesan yang sudah diraih hampir 2 abad hingga Kerajaan Mughal berada dalam
masa kejayaannya itu , Raja-raja
pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mempertahankan kebesaran dan kejayaan yang
telah dibina oleh sultan sultan sebelumnya. Mereka tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri. Karena itu tanda-tanda kemunduran sudah mulai
terlihat, beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran Kerajaan Mughal antara lain:
1.
Faktor
internal.
Pada tahun
1707 M, sultan Aurangzeb meninggal dunia. Dia termasuk sultan yang terakhir
yang memiliki pengaruh di Kerajaan Mughal. Setelah itu Muazzam sebagai putra
sulung dari Aurangzeb yang menggantikan posisi ayahnya sebagai penguasa baru di
Kerajaan Mughal. Muazzam digelari Bahadur Syah. Muazzam yang berpaham Syi’ah
mendapatkan tantangan dari penduduk Lahore
disebabkan memaksakan penduduknya untuk berpaham seperti dirinya. Ketika Aurangzeb
masih hidup, sudah mulai muncul tantangan-tantangan dalam pemerintahannya. Dia
juga melihat sering terjadi perebutan kekuasaan di dalam keluarga istana karena
itulah sebelum dia meningal dunia dia membagi daerah kekuasaannya di kemudian
hari. Muazzam anaknya yang sulung berkuasa di India bagian utara, Azimah anak
tengah diberi kekuasaan di barat daya sedangkan Kam bakhs yang bungsu diberi
kuasa atas daerah Golkandah dan sekitarnya. Dengan demikian perpecahan di tubuh
Kerajaan Mughal dapat dihindarkan.[17]
Akan
tetapi setelah Aurangzeb meninggal Muazzam
putra sulungnya mempunyai ambisi untuk menguasai seluruh wilayah kekuasaan ayahnya. Ini
terbukti Muazzam mulai merebut daerah yang sudah diberikan pada adiknya tanpa
mempertimbangkan wasiat ayahnya. Muazzam menghimpun kekuatan yang sangat besar
untuk menghadapi kedua saudaranya. Perang saudarapun tak dapat terelakkan. Sehingga
perpecahan keluarga istana Mughal yang semula dihindari oleh Aurangzeb justru
menjadi kenyataan dengan peperangan itu. Muazzam bukan hanya bertikai dengan
kedua saudaranya tapi juga mendapat tantangan dari kalangan-kalangan hindu yang tidak menyukai
pemerintahan Muazzam. Dan setelah Muazzam meninggal terjadilah perebutan
kekuasaan dari dalam istana. Bahadur Syah digantikan oleh Azimus Syah putranya
sendiri. Pada masa Azimus ia mendapat
tantangan dari Zulfikar Khan , putra Azad Khan, wazir Aurangzeb. Ketika Azimus
Syah meninggal dia digantikan oleh putranya Jihandar Syah, Jihandar Syah mendapat
tantangan dari adiknya yang bernama Farukh Siyar, Farukh dapat mengalahkan
kakaknya. Farukh Siyar memerintah dengan mendapat dukungan dari kelompok Sayyid,
akan tetapi diapun harus tewas dari tangan pendukungnya sendiri tahun 1719 M. Sebagai
gantinya dianggkat Muhammad Syah yang akhirnya diusir oleh Nadhir Syah dari Persia.
Di samping faktor dia atas kemunduran Kerajaan
Mughal juga disebabkan karena faktor agama. Orang orang India yang mayoritas
hindu sedangkan Islam adalah agama minoritas pemeluknya, tetapi Islam dianut
oleh penguasa dan elitnya, walaupun penduduk biasa juga ada yang beragama Islam,
tetapi secara kuantitatif tetap kalah jumlah dengan yang memeluk agama hindu.
2.
Faktor
eksternal.
Jika
diperhatikan faktor ekstenal ini tidak bisa dilepaskan sama sekali dengan
konflik yang terjadi di kalangan istana. Pertikaian dalam keluarga merupakan
salah satu alasan yang menyebabkan pihak luar untuk terlibat dalam urusan
istana. Pihak luar terkadang bersedia membantu tokoh yang mereka sukai untuk
menjatuhkan lawan politiknya. Sehingga
terkadang terjadi ada raja yang diangkat lalu diturunkan. Kondisi
demikian kemudian dipergunakan oleh orang hindu untuk melepaskan diri dari
pemerintahan Mughal. Ketika Aurangzeb mereka berani menentang apalagi pada masa
kemunduran Kerajaan Mughal. Orang-orang hindu melakukan pemberontakan lagi
ketika Mughal diperintah Bahadur Syah. Dibawah pimpinan Banda, dan mereka
berhasil merampas kota
Sandapura disebelah utara Delhi
mereka juga berusaha merebut kota
Sirhin dan melakukan penjarahan serta perampokan terhadap penduduk yang
beragama Islam. Demikian juga golongan Maratha dibawah pimpinan Raja Baji Rao dapat
merampas sebagian daerah Gujarat tahun 1732 M.[18]
ketika orang orang hindu bangkit justru umat Islam Mughal mulai pada fase
kemundurannya.
Selain itu
ancaman juga datang dari Persia.
terutama ketika Nadir Syah naik tahta, saat itu Mughal dipimpin Mahmud Syah. Oleh
karena itu karena wilayahnya yang luas dan kaya itulah yang menyebabkannya
menjadi incaran pihak lain .[19]
Maka tidak heran jika kemudian Nadir Syah
segera mengirim dutanya ke Delhi
akan tetapi Raja Mughal tidak mau menerima kehadiran duta tersebut. Sikap ini
membuat Nadir Syah menyusun tentaranya dan menyerang Delhi. Tahun 1739 ia berhasil menaklukkan Pesyawar
dan Lahore,
kemudian pasukan tersebut menuju ke kerajaan
dan hampir tidak ada perlawanan saat itu. Pada saat masuk ke kota Delhi, Nadir Syah mengijinkan tentaranya
melakukan perampasan, perampokan dan pembunuhan secara besar besaran terhadap rakyat India. Kekayaan India di rampas
dan India
seolah tak berdaya tetapi Mahmud Ssyah
diijinkan tetap jadi raja Mughal dengan kewajiban membayar upeti kepada Persia.[20]
Situasi
semakin parah tatkala bangsa-bangsa Eropa melakukan hubungan dagang. Di pantai
selatan India
terjadi persaingan dagang antara Portugis, Belanda Perancis dan Inggris. Dalam
kompetisi tersebut Inggris lebih unggul. Sehingga Inggris diberikan ijin untuk
menetap di Bengal India timur, setelah mendapat ijin dari Kerajaan Mughal Inggris
membentuk perserikatan dagang India timur yang disebut The East India Company (EIC)
tahun 1600 M dengan maksud menguasai sumber komoditi India. Untuk
memperkuat kedudukannya iapun meminta ijin untuk mendirikan kantor di Surath
kemudian Sir Thomas di Malabar dan di Bombay.
Serta di Madras.[21]
Hal ini semakin memperkokoh kedudukan Inggris di India.
Pada saat
instabilitas politik di Kerajaan Mughal Inggris
memanfaatkannya dengan mulai menggunakan kekuatan bersenjata untuk
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menyerang Benggala (1757 M), kemudian
daerah pesisir timur India selanjutnya ke Buxar (1764) kemudian Inggris menyerang Mysore (1799 M) di bawah
pimpinan Willesly dan berhasil membunuh penguasa Mysore yang bernama Tippo, Alam
Syah yang memerintah Mughal saat itu hanya sebagai boneka yang dapat diatur dan
hampir tidak memiliki otoritas yang berarti. Meksipun selanjutnya penguasa Mughal
berganti ke tangan Akbar II Inggris terus melakukan penjarahan dan merebut
daerah kekuasaan Mughal. Semua daerah yang dulu dikuasai Mughal akhirnya jatuh
ke tangan Inggris pada tahun 1857 M.[22]
Setelah Syah Alam meninggal Kerajaan Mughal
selanjutnya dipegang oleh Akbar II (1806-1837). Pada masa pemerintahannya, Akbar
memberikan konsesi kepada BEIC untuk mengembangkan usahanya di Anak Benua India sebagaimana
yang diinginkan Inggris, tetapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja
dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan berada ditangan Inggris
meskipun kedudukan dan gelar sultan masih dipetahankan. Bahadur Syah
(1837-1858), sebagai penerus Akbar tidak menerima isi perjanjian antara BEIC
dan ayahnya, sehingga terjadi konflik antara dua kekuatan tersebut.[23]
Ia menyadari bahwa biaya kerajaan ternyata ditanggung oleh orang asing,
sehingga sang ayah tidak mampu mengambil inisiatif untuk memajukan kerajaan.
Dalam hati Bahadur Syah timbul penilaian bahwa
Inggris sudah semakin berani dan perbuatan mirip seperti penguasa atau
penjajah, tetapi terselubung. Sebagai keturunan Timur yang Agung, Bahadur Syah
merasa malu harus menengadahkan tangan dan menerima pemberian orang lain. Pada waktu yang sama, pihak BEIC
mengalami kerugian karena penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang
efesien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan istana.
Untuk
menutupi kerugian sekaligus memenuhi kebutuhan istana, BEIC mengadakan pungutan
tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena merasa ditekan,
masyarakat India,
baik yang beragama Hindu maupun Islam, bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka
meminta Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan Kerajaan Mughal di India.[24]
Oleh karena itu, dengan diam-diam Bahadur Syah berusaha menggalang satu
kekuatan yang ditujukan untuk mengusir segala bentuk penjajahan. Kemudian,
sesudah menghimpun kekuatan, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap
kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Akan tetapi mereka dapat dipatahkan
dengan mudah karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal
Hindu dan Muslim. Kemudian Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para
pemberontak. Mereka disuir dari kota
Delhi.
Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan dan Bahadur Syah, raja Mughal
terakhir diusir dari istana.
Dengan
demikian berakhirlah sejarah Kerajaan Mughal di daratan India. Di sana, hanya tersisa umat Islam
yang harus berjuang mempertahankan eksistensinya, karena sejak itu hukum yang
berlaku di India
adalah hukum Britania dan bahasa resmi yang dipergunakan adalah bahasa Inggris.
Adapun
menurut Badri Yatim faktor penyebab mundurnya kekuasaan Kerajaan Mughal setelah
satu setengah abad berkuasa adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer-militer Inggris
di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan
maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka tidak terampil
menggunakan senjata buatan Mughal sendiri.
b. Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam menggunakan uang negara.
c. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau ‘kasar’dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya. Sehingga menimbulkan konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua
pewaris takhta kerajaan pada paruh terkhir adalah orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.[25]
ANALISA
PENULIS
Dari pemaparan
makalah di atas penulis dapat menganalisis bahwa faktor berdirinya Kerajaan
Mughal adalah karena adanya ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris
keperkasaan ras Mongolia
dan sebagai jawaban atas krisis yang
tengah melanda India
saat itu. Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan
warisan keturunan India
yang asli. Meskipun demikian, Kerajaan Mughal telah memberi warna tersendiri
bagi peradaban orang-orang India
yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.
Sebagaimana
kerajaan atau dinasti-dinasti sebelumnya yang adakalanya berada di atas di
puncak kejayaan dan adakalanya berada di bawah mengalami kemunduran, dinasti Mughal
juga sama halnya dengan dinasti-dinasti tersebut. Kemajuan yang dicapai
kerajaan Mughal berbeda dengan kemajuan dinasti-dinasti pada masa klasik Islam.
Hal ini dapat dilihat bahwa kerajaan Mughal di bidang intelektual/ilmu
pengetahuan tidak sebanding dengan kemajuan di zaman klasik.
Kerajaan
Mughal mencapai puncak kejayaan dan
kejayaan tersebut tidaklah dicapai secara mudah. Sebagaimana kita ketahui bahwa
umat Islam di masa ini termasuk golongan
minoritas di tengah mayoritas hindu. Namun walaupun termasuk golongan minoritas
ternyata Kerajaan Mughal tetap berhasil
memperoleh kecemerlangan, hal ini dapat dilihat bahwa sistim administrasi
pemerintahan yang diterapkan oleh Kerajaan Mughal sudah sangat tertata rapi dan hal ini berdampak positif untuk perjalanan pemerintahan yang baik dan maju. Adapun
jika melihat kemajuan yang dicapai dalam bidang arsitektur maka kita dapat melihat
sisa-sisa
kejayaan Kerajaan Mughal dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan
hingga sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah yang dibangun pada
masa Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi bisu
kemajuan arsitektur Islam pada masa dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk
“tujuh keajaiban dunia” ini memang sudah usang, lusuh, dan tidak terawat.
Namun, kemegahan dan keindahannya menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban
Islam di India pada waktu itu.
Adapun alasan bahwa kemajuan yang dicapai pada masa dinasti
Mughal. tidak sebanding dengan dinasti-dinasti pada zaman klasik Islam adalah
metode berpikir yang dipakai pada masa ini adalah metode berfikir tradisional,
sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan sudah hancur dan hilang
akibat serangan kerajaan Mongol, kekuasaan pada saat ini dikuasai oleh
orang Turki dan Mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa yang senang
berperang dari pada bangsa yang suka dan cinta ilmu.
Di samping kemajuan yang diperoleh kerajaan Mughal
di atas, Jika melihat beberapa kejadian
yang telah terjadi di Kerajaan Mughal
di akhir pemerintahannya ternyata sebab
kemunduran Kerajaan Mughal tidak jauh berbeda dengan sebab kemunduran
dinasti-dinasti lain sebelumnya seperti dinasti Umayyah dan Abbasiyah dan
dinasti-dinasti yang lainnya, yaitu pertama adanya faktor dari dalam Kerajaan
Mughal sendiri yaitu munculnya perebutan kekuasaan di dalam
istana dan kebijakan para penguasa yang tidak diinginkan oleh
rakyat. Dalam hal ini kerajaan Mughal ketika diperintah Aurangzeb mengeluarkan kebijakan yang
berimplikasi terhadap munculnya gerakan-gerakan pemberontakan dan konflik agama, dalam bidang Ilmu Pengetahuan kurang adanya
atau lemahnya sentuhan intelektual (pemikiran) dan estetika (satra dan sains)
yang ditandai dengan memudarnya karya-karya kreatif dibanding dengan era
kejayaan dinasti Abbasiyah. Setelang Aurangzeb meninggal tidak ada lagi
pengganti yang mampu mempertahankan, apalagi memajukan Dinasti Mughal yang
telah mencapai kejayaannya. Pada umumnya mereka lemah dan tidak mampu
menyelesaikan problema yang dihadapi.
Di samping
pengganti Aurangzeb adalah orang-orang yang lemah kepemimpinannya, mereka juga
dilanda dekadensi moral dan hidup mewah di istana. Misalnya, Kenaikan Jihandar
Syah sebagai sultan, Selain faktor-faktor di atas Kerajaan Mughal juga mengalami
kemunduran karena kedua adanya faktor
dari luar kerajaan
yaitu adanya intervensi asing seperti yang dilakukan oleh Inggris.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Pendiri
Kerajaan Mughal adalah Zahirudin Muhammad Babur, berasal dari keturunan Timur
Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 932 H/1526 M di India. Babur
mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Setelah
naik tahta ia mencanangkan obsesinya untuk menguasai seluruh Asia Tengah,
sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya itu mengalami kegagalan
karena terhalang oleh kekuatan Urbekiztan, Namun berkat bantuan Ismail I
(1500-1524 M) raja Safawi, Babur dapat menguasai Samarkand
dan Kabul,
ibukota Afganistan. Pada saat Babur berkuasa di Kabul, ia meneruskan expansinya ke India, Punjab.
Babur berangkat dari Kabul menuju Punjab
bersama pasukannya dan iapun berhasil menguasai Punjab.
Setelah itu ia menuju Delhi untuk menyerang Ibrahim yang
mengerahkan pasukannya sebanyak 100.000 prajurit, terjadi pertempuran besar di kota Panipat. Sultan
Ibrahim Lodhi beserta ribuan tentaranya
dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur, dan berakhirlah kerajaan Delhi. Dengan berakhirnya
Kerajaan Delhi maka Sultan Babur
kemudian mendirikan Kerajaan Mughal dan pemerintahannya terkenal dengan nama
Kesultanan Mughal dengan ibu kotanya di kota
Delhi.
2. Kerajaan
Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, administrasi pemerintahan, politik,
militer, seni,budaya dan arsitektur dan juga dalam bidang ekonomi khususnya.
Peninggalan yang dikenal sampai sekarang dari Kerajaan Mughal dan termasuk salah
satu keajaiban dunia adalah Taj Mahal.
3.
Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai
dengan konflik di kalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling
berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras
dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga
memiliki sifat demikian. Ketika Jehangir menggantikan Akbar I, ia mendapat pemberontakan
dari anaknya yaitu Khusru yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal.
Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan di
antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shuja, dan Murad Bakhs saling berebut
kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan. Selain itu
dinasti ini mengalami kemunduran karena adanya intervensi bangsa asing.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Zainal Abidin. Sejarah Islam Dan Umatnya (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979).
Fu’adi,
Imam. Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II (Yogyakarta: Teras, 2012).
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid III (Jakarta: Bulan Bintang, 1981).
Karim, M Abdul. Sejarah Dan Peradaban
Islam. (Yogyakarta: Bagaskara Yogyakarta,
2012).
Kusdiana,Ading.
Sejarah Dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan (Bandung:
Pustaka Setia,2013).
Mahmudunnasir,
Syed. Terj. Adang Affandi, Islam Konsepsi
dan Sejarahnya (Bandung:
PT Remaja RosdaKarya, 2005).
M.
Lapidus, Ira. Sejarah Sosial Umat Islam
(Jakarta : PT.
Raja Grapindo Persada. 2000).
Nasution,
Harun. Pembaharuan Dalam Islam; Sejarah
Pemikiran Dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992).
Thohir,
Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam Mencetak Akar –Akar
Sejarah, Sosial, Politik, Dan Budaya Umat Islam (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. 2004).
Tim
Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994).
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008).
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II (Jakarta:
Rajawali Pers, 2008 ).